Hujan debu vulkanik Merapi yang kian pekat di Magelang, Jawa Tengah, membuat pemerintah mempertimbangkan menyelimuti Candi Borobudur. Sebab, letusan Merapi belum bisa dipastikan kapan akan berakhir.
Demikian dikemukakan Kepala Balai Konservasi Peninggalan Borobudur
(BKPB), Marsis Sutopo, di Hotel Manohara, komplek Taman Wisata Candi Borobudur (TWCB), Sabtu (6/11/2010). Marsis akan menentukan hal itu pekan depan, setelah berkoordinasi dengan berbagai pihak.
(BKPB), Marsis Sutopo, di Hotel Manohara, komplek Taman Wisata Candi Borobudur (TWCB), Sabtu (6/11/2010). Marsis akan menentukan hal itu pekan depan, setelah berkoordinasi dengan berbagai pihak.
Dampak erupsi Gunung Merapi terhadap Candi Borobudur adalah candi itu terselimut oleh hujan abu vulkanik. Jika dibiarkan, abu yang mengandung sulfur (asam dari belerang) itu dapat membuat batuan candi lapuk. Ketebalan abu tersebut mencapai 2 cm.
Pada letusan 26 Oktober 2010, Tamam Wisata Candi Borobudur ditutup sampai 29 Oktober 2010, untuk dilakukan pembersihan. Hujan abu vulkanik kembali mengguyur pada Rabu (4/11/2010) subuh, dengan volume lebih besar, dan masih terus turun sampai kini.
Marsis mengakui, tidak ingin melakukan pembersihan secara sia-sia. Dia cemas, jika segera dibersihkan, ternyata abu vulkanik masih turun. Jarak puncak Merapi sampai Borobudur, dikatakannya, mencapai 40 km. Angin berperan membawa abu tersebut ke berbagai arah.
Untuk menyelimuti Borobudur dengan terpal, kata Marsis, diperlukan waktu ekstra. Sebab, tak ada satu lembar terpal yang cukup besar menyelubungi candi berukuran lantai 121 meter persegi, dan tinggi 35 meter itu. Perlu waktu untuk merangkai terpalnya.
Soal anggaran pembersihan, Marsis belum dapat memastikan nominal yang diperlukannya. Anggaran reguler yang disediakan, dalam APBN, BKPB dijatah Rp 1 miliar untuk tahun ini.
Untuk menyelimuti Borobudur dengan terpal, kata Marsis, diperlukan waktu ekstra. Sebab, tak ada satu lembar terpal yang cukup besar menyelubungi candi berukuran lantai 121 meter persegi, dan tinggi 35 meter itu. Perlu waktu untuk merangkai terpalnya.
Soal anggaran pembersihan, Marsis belum dapat memastikan nominal yang diperlukannya. Anggaran reguler yang disediakan, dalam APBN, BKPB dijatah Rp 1 miliar untuk tahun ini.
Namun, anggaran tersebut sudah jelas peruntukannya. Seperti, pembuatan papan petunjuk/larangan bagi pengunjung, pembenahan stupa induk, dan lain-lain. Bukan untuk kejadian diluar dugaan seperti hujan abu ini. “Kami rapatkan Senin (8 November 2010) ini dulu,” ucapnya.
Direktur TWCB, Pujo Suwarno, mengatakan, komplek TWCB ditutup sampai Minggu 7 November 2010. Namun, mengingat kondisi hujan abu masih terjadi, dia tidak dapat memastikan TWCB dapat dibuka secara menyeluruh pada hari Senin. “Ya itu kesimpulan sementara,” ujarnya
Kemungkinan, ucap Pujo, jika buka hari Senin 8 November 2010, pengunjung hanya dibatasi sampai zona satu, dan dilarang menaiki candi. Terkait tarif diturunkan atau tidak sebagai konsekwensi tidak boleh menaiki candi, Pujo minta agar menunggu pengumuman berikutnya pada hari candi dibuka.